ASUHAN
KEBIDAN NEONATUS BAYI DAN BALITA
( MILIARIASIS)
OLEH
NINDI
SULANDARI
11211134
DIII
KEBIDANAN
Dosen
pembimbing : Dian Febridasari, S.SiT
STIKes
MERCUBAKTIJAYA PADANG
PRODI
DIII KEBIDANAN
Tahun
Ajaran 2013
URAIAN MATERI
A. DEFINISI
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan
oleh retens keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai
dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi,
leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami
tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala. (lenteraimpian | March 5,
2010).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi
keringat, di tandai adanya vesikel milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan
yang banyak berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul
merah atau papul putih. (Sudoyo, 2009).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan
kulit akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat yang menyebabkan retensi
keringat. ( Arif Mansyoer, 2001 ).
Miliariasis adalah keadaan kulit dengan retensi
keringat yang diekstravasasi pada tingkatan kulit yang berbeda, bila diagnose
sendiri mengarah pada miliariasis Rubra, heat rash, prickly heat, keadaan yang
terjadi akibat obstruksi saluran keringat. Keringat masuk ke epidermis
menyebabkan papulovesikel merah yang gatal. ( Poppy Kumala, 1998)
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, atau pickle heat .
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya miliariasis ini
adalah udara yang panas dan lembab. (Vivian, 2010)
Sering terjadi pada cuaca yang panas
dan kelembaban yang tinggi. Akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat
terjadilah tekanan yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu
sendiri, keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan
perubahan-perubahan anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Hassan,
1984)
Faktor factor penyebab milariasis :
a. Udara panas dan lembab dengan
ventilasi udara yang kurang
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan
tidak menyerap keringat
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Setelah menderita demam atau panas
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh
bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat
keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum (Lenteraimpian, 2010)
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori
kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya
pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar
keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang
tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada
40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang
dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk
beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010)
D. KLASIFIKASI
1. Milliria kristalina
Milliaria kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan
jumlah keringat, seperti pasien demam yang terbaring ditempat tidur. Lesinya
berupa vesikel yang sangat superfisial, bentuknya kecil, dan menyerupai titik
embun berukuran 1-2 mm. Umumnya lesi ini timbul setelah keringat, vesikel mudah
pecah karena trauma yang paling ringan, misalnya akibat gesekan dengan pakaian.
Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik,
dan berlangsung singkat. Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan
sendirinya.
2. Milliaria rubra
Millia ruba memiliki gambaran berupa papula vesikel dan
eritema di sekitarnya. Keringat menembus kedalam epidermis, biasanya disertai
rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan daerah disekitarnya, sering juga
diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan dapat juga menyebabkan timbulnya
impetigo dan furunkel.
3. Miliaria profunda
Bentuk ini
agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul
setelah miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran
1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi
keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada
vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)
Pada
gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis
bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara
menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu
yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau
tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah
predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi
berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan
rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar
keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya timbul setelah
menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)
4.
Milliaria fustulosa
Pada
umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan saluran kelenjar
ekrin dan terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula
steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan folikel
rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
E. PENATALAKSANAAN
·
Pencegahan
:
1) Bayi atau anak tetap dianjurkan
mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan
sabun.
2) Bila berkeringat, sesering mungkin
dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan
handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
3) Jangan sekali-kali memberikan bedak
tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan
sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
4) Hindari penggunaan pakaian tebal,
bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat (FKUI, 2002).
Biang keringat bisa tidak dialami
bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup
pori-pori bayi dengan cara:
1) Bayi harus dimandikan secara teratur
pada pagi dan sore hari.
2) Setelah selesai mandi pastikan semua
lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar
kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
3) Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
4) Jika bayi berkeringat jangan
keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu
dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.
5) Gunakan pakaian bayi dari bahan
katun yang menyerap keringat bayi.
6) Biasanya 70% biang keringat timbul
pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan
udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
7) Pada saat memandikan bayi yang
menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun
cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa
meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007).
·
Pengobatan
1) Perawatan kulit secara benar
2) Biang keringat yang tidak kemerahan
dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi
3) Bila membasah, jangan berikan bedak,
karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
4) Bila sangat gatal, pedih, luka dan
timbul bisul dapat diberikan antibiotic
5) Menjaga kebersihan kuku dan tangan
(kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk) (lenteraimpian
| March 5, 2010)
Seluruh bentuk miliaria berespon
baik terhadap pendinginan penderita dengan pengaturan suhu lingkungan, melepas
pakaian yang berlebihan, dan pada penderita demam pemberian anti piretik.
Pengobatan yang paling efektif adalah dengan memperhatikan kebersihan
lingkungan untuk mengatasi sebab ini
Penting untuk menghindari panas yang
berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik dan menggunakan pakaian tipis dan
menyerap keringat. Untuk miliaria kristalina tidak diperlukan pengobatan. Untuk
miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2 % dbubuhi menthol ¼ - 2 %.
Losio Febri dapat pula digunakan
komposisi sebagai berikut :
R/ Acidi
salicylici 500 mg
Talci
5 mg
Oxydi
zincici
5 mg
Amyli
oryzae
5 mg
Alkohol (90; vo1%) 25 mg
cc 100
Sebagai antipruritus dapat
ditambahkan menthol ½ - 1% atau kamper 1-2% dalam losio feberi. Untuk miliaria
dapat digunakan losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat pula
resorsin 3% dalam alkohol. (Arif Mansyur, 2001)