TUGAS ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS
INTRAUTERIN GROWTH RETARDATION (IUGR)
Oleh :
Kelompok : 14
1. Defi Anggraini
2. Nindi Sulandari
Dosen pembimbing : Devi Syarief S.SiT, M.Keb
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya. Salawat dan salam
disampaikan pada Rasullullah SAW yang telah membawa manusia ke alam yang
penuh berkah.
Berkat
rahmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah yang diajukan
sebagai tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Patologis (AsKeb IV)
Penulis
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Devi Syarief S.SiT M.Keb selaku
dosen pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan Patologis yang telah
membimbing penyelesaian makalah ini
Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya.
Padang, Apri 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan
manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia
kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi
kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang
mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi
maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan
dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi
selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak
didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi
yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat
paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar
kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang
masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi
karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential
lainnya.
Gangguan pertumbuhan janin ada 2 yaitu makrosmia dan IUGR (PJT). Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang terjadi akibat PJT. Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT
Gangguan pertumbuhan janin ada 2 yaitu makrosmia dan IUGR (PJT). Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang terjadi akibat PJT. Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi Intra Uterin Growth Retardation
2. Untuk mengetahui etiologi Intra Uterin Growth Retardation
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Intra Uterin Growth Retardation
4. Untuk mengetahu pravelensi dari Intra Uterin Growth Retardation
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Intra Uterin Growth Retardation
6. Untuk mengetahui patologi dari Intra Uterin Growth Retardation
7. Untuk mengetahui diagnosis dari Intra Uterin Growth Retardation
8. Untuk mengetahui dampak janin dengan Intra Uterin Growth Retardation
9. Untuk mengetahui kematian janin dan bayi dengan Intra Uterin Growth Retardation
10. Untuk mengetahui pengelolaan pada bayi dengan Intra Uterin Growth Retardation
11. Untuk mengetahui upaya preventif untuk menurunkan kejadian Intra Uterin Growth Retardation
12. Untuk mengetahui pertolongan persalinan pada Intra Uterin Growth Retardation
13. Untuk mengethaui penatalaksanaan pada Intra Uterin Growth Retardation
C. MANFAAT
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai Intra Uterin Growth Retardation sampai penatalaksaan yang diberikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Intra
Uterin Growth Retardation (IUGR) memiliki berat fetus <10 presentil
untuk kehamilan tertentu-berat lahir <2 SD dari berat rata-rata untuk
umur kehamilan tertentu.
Insiden dari IUGR adalah 3-7 % dari semua persalinan, tergantung dari criteria diagnosis yang dipergunakan. (Fadlun, 2011)
Intra
Uterin Growth Retardation (IUGR) adalah berat badan bayi kurang dari
presentil 10 untuk usia kehamilan bayi, dalam artian bayi baru lahir
berukuran lebih kecil dengan usia kehamilannya ( Ai, yeyeh, 2010)
Pertumbuhan
janin terhambat ditentukan bila berta janin kurang dari 10 % dari berat
yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan
yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Dahulu
PJT disebut sebagai intrauterine growth retardation (IUGR), tetapi
istilah retardation kiranya tidak tepat. Tidak semua PJT adalah hipoksik
atau patologik karena ada 25-65 % yang berkaitan dengan konstitusi
etnik dan besar orangtua. (sarwono, 2010)
Menurut
Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth
restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran
lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan.
Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa
kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT
memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki
berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang
sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu)
atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu).
2. ETIOLOGI
Penyebab IUGR dibedakan menjadi 3 faktor :
a. Maternal/ibu
seperti : tekanan darah tinggi, penyakit ginjal kronik, riwayat
Diabetes militus, penyakit jantung dan pernapasan, malnutrisi dan
anemia, infeksi pecandu alcohol, obat-obatan dan perokok.
b. Uterus dan plasenta : penurunan aliran darah dari uterus ke plasenta, plasenta abruption, plasenta previa, infark plasenta.
c. Factor janin antara lain : janin kembar, penyakit infeksi, kelainan congenital, kelainan kromosom, pajanan teratogen.
3. TANDA DAN GEJALA
PJT
dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan
penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat
juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang
lebih kecil dari yang seharusnya.
4. PRAVELENSI
Sekitar
40% janin tersebut konstitusinya kecil dengan risiko morbiditas dan
mortalitas perinatalnya yang tidak meningkat. Empat puluh persen
pertumbuhan janin terhambat (PJT) karena perfusi plasenta yang menurun
atau insufisiensi uteroplasenta, dan 20% hambatan pertumbuhan karena
potensi tumbuh yang kurang. Potensi tumbuh yang kurang karena disebabkan
oleh kelainan genetik atau kerusakan lingkungan. Tidak semua PJT adalah
KMK dan tidak semua KMK menderita PJT.
Hanya
15% KMK badannya kecil karena PJT.4Kejadian PJT bervariasi antara
3-10%, yang lebih penting kita harus mengetahui bahwa kematian perinatal
PJT adalah 7-8 kali dari bayi normal. 3,4 Kematian intrauterin terjadi
pada 26% PJT
5. KLASIFIKASI IUGR
Secara
Klinis IUGR dibagi 3, berdasarkan waktu kapan mulai dan berapa lamanya
pengaruh yang menghambat pertumbuhan itu berlangsung.
1. Pertumbuhan Janin Terhambat Tipe 1, simetrik atau proporsional IUGR
Type 1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan pertumbuhan. Type IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan semua fetus ini menurut perbandingan SGA.
Lingkar dada dan kepala, panjang dan beratnya semua dibawah 10 persentil untuk usia kehamilan, tetapi bayi ini memiliki Indek Ponderal yang normal.Type 1 IUGR merupakan akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal kehamilan. Pada tahapan awal pertumbuhan embrio fetus, ditandai dengan mitosis pada usia kehamilan 4 sampai dengan 20 minggu yang disebut fase hiperplasti.Apabila ada kondisi patologis selama fase ini akan mengurangi jumlah sel untuk bayi.
IUGR simetrik terjadi pada 20-30% pada fetus yang mengalami hambatan pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan adanya hambatan mitosis ketika terjadi infeksi dalam kandungan (misalnya, herpes simplek, rubella, cytomegalovirus dan toksoplasma), kelainan kromosom, dan kelainan congenital. Harus diingat, bagaimanapun, fetus yang simetris mungkin secara aturan kecil dan menderita tetapi tidak semuanya mengalami ketidaknormalan.
Secara umum, IUGR Type 1 berhubungan dengan prognosisi yang tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya factor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical (Percutaneus Umbillical Blood Sampling), betul betul direkomendasikan untuk mengetahui Karyotype abnormal.
1. Pertumbuhan Janin Terhambat Tipe 1, simetrik atau proporsional IUGR
Type 1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan pertumbuhan. Type IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan semua fetus ini menurut perbandingan SGA.
Lingkar dada dan kepala, panjang dan beratnya semua dibawah 10 persentil untuk usia kehamilan, tetapi bayi ini memiliki Indek Ponderal yang normal.Type 1 IUGR merupakan akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal kehamilan. Pada tahapan awal pertumbuhan embrio fetus, ditandai dengan mitosis pada usia kehamilan 4 sampai dengan 20 minggu yang disebut fase hiperplasti.Apabila ada kondisi patologis selama fase ini akan mengurangi jumlah sel untuk bayi.
IUGR simetrik terjadi pada 20-30% pada fetus yang mengalami hambatan pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan adanya hambatan mitosis ketika terjadi infeksi dalam kandungan (misalnya, herpes simplek, rubella, cytomegalovirus dan toksoplasma), kelainan kromosom, dan kelainan congenital. Harus diingat, bagaimanapun, fetus yang simetris mungkin secara aturan kecil dan menderita tetapi tidak semuanya mengalami ketidaknormalan.
Secara umum, IUGR Type 1 berhubungan dengan prognosisi yang tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya factor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical (Percutaneus Umbillical Blood Sampling), betul betul direkomendasikan untuk mengetahui Karyotype abnormal.
2. Pertumbuhan Janin Terhambat Tipe 2, Asimetrik atau disproportional IUGR
Type 2 atau Asymetrik, IUGR menunjuk pada hambatan pertumbuhan pada neonatus dan frekuensi terbanyak berhubungan dengan isufisiensi uteroplasental. Type 2 IUGR merupakan hasil keterlambatan pertumbuhan Type 1 dan selalu terjadi sesudah minggu ke 28 dari kehamilan. Seperti yang dikatakan oleh Vorherr3, pada akhir trimester II, pertumbuhan fetus normal ditandai dengan adanya Hipertropi. Pada fase hipertropi, secara cepat telah terjadi peningkatan ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang dan jaringan yang lainnya.
Hambatan pertumbuhan fetus yang asimetrik, total jumlah sel mendekati normal, tetapi sel sel tersebut mengalami penurunan/pengecilan ukuran. Fetus IUGR asimetris memiliki Indek Ponderal yang rendah dibandingkan dengan rata rata bawah berat bayi, tetapi ukuran lingkar kepala dan panjang lengan adalah normal. Pada beberapa kasus asimetrik IUGR, pertumbuhan fetus adalah normal sampai dengan akhir Trimester II dan awal Trimeseter III, ketika pertumbuhan kepala tetap normal, sedangkan pertumbuhan abdominal lambat (Brain Sparring Effect). Type Asymetris ini merupakan hasil dari mekanisme kompensasi fetus dalam memberikan reaksi terhadap fase penurunan perfusi plasenta. Terjadinya pendistribusian ulang dari Fetal Cardiac Output, dengan penurunan aliran ke otak, hati, dan adrenal dan penurunan cadangan glikogen dan liver mass. Bagaimanapun, isufisiensi plasenta adalah merugikan selama akhir kehamilan, pertumbuhan kepala menjadi rata, dan ukurannya mungkin menjadi turun pada curve pertumbuhan normal.
Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah type 2. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus Mellitus dengan vaskulopaty, dan yang lainnya.
3. Pertumbuhan Janin Terhambat Intermediate IUGR
IUGR Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang merupakan kombinasi Type 1 dan Type 2. Gangguan pertumbuhan pada type ini diperkirakan terjadi selama fase pertengahan pertumbuhan- pada fase hyperplasia dan hipertropi- yang mana terjadi pada usia kehamilan 20-28 minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan kecepatan mitosis dan peningkatan yang progesif secara menyeluruh pada ukuran sel. Bentuk IUGR ini keadannya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan type1 dan 2, diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan pertumbuhan fetus. Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang lainnya, menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada timeser II akan mengakibatkan Intermediate IUGR dengan pertumbuhan simetrik dan tidak memberikan efek Brain Sparring.
Type 2 atau Asymetrik, IUGR menunjuk pada hambatan pertumbuhan pada neonatus dan frekuensi terbanyak berhubungan dengan isufisiensi uteroplasental. Type 2 IUGR merupakan hasil keterlambatan pertumbuhan Type 1 dan selalu terjadi sesudah minggu ke 28 dari kehamilan. Seperti yang dikatakan oleh Vorherr3, pada akhir trimester II, pertumbuhan fetus normal ditandai dengan adanya Hipertropi. Pada fase hipertropi, secara cepat telah terjadi peningkatan ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang dan jaringan yang lainnya.
Hambatan pertumbuhan fetus yang asimetrik, total jumlah sel mendekati normal, tetapi sel sel tersebut mengalami penurunan/pengecilan ukuran. Fetus IUGR asimetris memiliki Indek Ponderal yang rendah dibandingkan dengan rata rata bawah berat bayi, tetapi ukuran lingkar kepala dan panjang lengan adalah normal. Pada beberapa kasus asimetrik IUGR, pertumbuhan fetus adalah normal sampai dengan akhir Trimester II dan awal Trimeseter III, ketika pertumbuhan kepala tetap normal, sedangkan pertumbuhan abdominal lambat (Brain Sparring Effect). Type Asymetris ini merupakan hasil dari mekanisme kompensasi fetus dalam memberikan reaksi terhadap fase penurunan perfusi plasenta. Terjadinya pendistribusian ulang dari Fetal Cardiac Output, dengan penurunan aliran ke otak, hati, dan adrenal dan penurunan cadangan glikogen dan liver mass. Bagaimanapun, isufisiensi plasenta adalah merugikan selama akhir kehamilan, pertumbuhan kepala menjadi rata, dan ukurannya mungkin menjadi turun pada curve pertumbuhan normal.
Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah type 2. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus Mellitus dengan vaskulopaty, dan yang lainnya.
3. Pertumbuhan Janin Terhambat Intermediate IUGR
IUGR Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang merupakan kombinasi Type 1 dan Type 2. Gangguan pertumbuhan pada type ini diperkirakan terjadi selama fase pertengahan pertumbuhan- pada fase hyperplasia dan hipertropi- yang mana terjadi pada usia kehamilan 20-28 minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan kecepatan mitosis dan peningkatan yang progesif secara menyeluruh pada ukuran sel. Bentuk IUGR ini keadannya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan type1 dan 2, diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan pertumbuhan fetus. Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang lainnya, menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada timeser II akan mengakibatkan Intermediate IUGR dengan pertumbuhan simetrik dan tidak memberikan efek Brain Sparring.
6. PATOLOGI
Pada
kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat perkembangan plasenta yang
abnormal, pasokan oksigen, pasokan nutrisi dan pengeluaran hasil
metabolic menjadi abnormal. Janin menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi
pada trimester akhir sehingga timbul PJT yang asimetrik yaitu lingkaran
perut yang jauh lebih kecil daripada lingkaran kepala. Pada keadaan
yang parah mungkin akan terjadi kerusakan tingkat seluler berupa
kelainan nucleus dan mitokondria.
Pada
keadaan hipoksia, produksi radikal bebas plasenta menjadi sangat banyak
dan antioksida yang relative kurang (misalnya : preeclampsia) akan
menjadi lebih parah
Shootil
dan kawan-kawan (1987) telah melakukan pemeriksaan gas darah pada PJT
yang parah dan menemukan asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemia dan
eritroblastosis.
Kematian pada jenis asimetrik lebih parah jika dibandingkan dengan simetrik.
Penyebab
PJT simetrik ialah factor jani atau lingkungan uterus yang kronik (
diabetes, hipertensi ). Factor janin ialah kelainan genetic (aneuplodi),
umumnya trisomi 21, 13, dan 18. Secara keseluruhan PJT ternyata hanya
20 % saja yang asimetrik penelitian terhadap 8.722 di Amerika.
7. DIAGNOSIS
Identifikasi
janin yang tumbuh tidak sesuai masih menjadi tantangan. Masalah ini
digarisbawahi oleh kenyataan bahwa identifikasi seperti itu tidak selalu
mungkin dilakukan bahkan di ruang perawatan sekalipun. Bagaimanapun
juga, ada teknik klinis sederhana dan teknologi yang lebih kompleks yang
terbukti bermanfaat untuk membantu menyingkirkan dan mendiagnosis
pertumbuhan janin terhambat. Beberapa teknik yang banyak digunakan serta
yang potensial digunakan sebagai berikut:
1) Pengukuran tinggi fundus uteri.
Pengukuran
tinggi fundus uteri yang dilakukan secara serial dan cermat selama
kehamilan adalah metode penapisan yang sederhana, aman, tidak mahal, dan
cukup akurat untuk mendeteksi banyak janin yang kecil untuk masa
kehamilan (Gardosi dan Francis, 1999).1 Kekurangannya yang utama adalah
ketidak tepatannya. Jensen dan Larsen (1991) serta Walvaren dkk. (1995)
menemukan bahwa pengukuran simfisis-fundus membantu mengidentifikasi
hanya 40 persen bayi-bayi seperti itu. Jadi, bayi yang kecil untuk masa
kehamilan dapat terlewatkan atau terdiagnosis berlebihan. Meskipun
demikian, hasil-hasil ini tidak mengurangi pentingnya pengukuran fundus
yang dilakukan secara cermat sebagai cara penapisan sederhana.
Metode
yang digunakan di kebanyakan klinik di Amerika Serikat dilaporkan oleh
Jimenez dkk. (1983). Singkatnya, cara ini menggunakan sebuah tali
pengukur yang dikalibrasi dalam sentimeter dan dipasang pada lengkung
abdomen dari tepi atas simfisis sampai ke tepi atas fundus uteri yang
diidentifikasi dengan palpasi atau perkusi. Tali pengukur tadi dipasang
dengan penunjuk angka yang jauh dari pemeriksaan untuk menghindari bias.
Antara usia gestasi 18 dan 30 minggu, tinggi fundus uteri dalam
sentimeter bertepatan dengan minggu gestasi. Bila ukurannya lebih dari 2
sampai 3 cm dari tinggi seharusnya, pertumbuhan janin yang tidak sesuai
dapat dicurigai.
2) Pemeriksaan dengan ultrasonografi
Bila
terduga telah ada hambatan pertumbuhan janin misalnya karena pada
kehamilan itu terdapat faktor-faktor risiko seperti hipertensi,
pertambahan berat badan ibu hamil tidak mencukupi, atau tinggi fundus
uteri jauh tertinggal atau ibu hamil dengan diabetes melitus dengan
komplikasi vaskuler, pemeriksaan lanjutan dengan uji yang lebih sensitif
perlu dilakukan untuk konfirmasi. Kriteria ultrasonografi untuk
pertumbuhan janin terhambat terutama peningkatan rasio panjang femur
dari lingkaran perut, peningkatan lingkar kepala dari lingkar perut dan
oligohidramnion. Telah diketahui ada korelasi yang baik antara
pengukuran tinggi fundus uteri dengan beberapa antropometri janin
seperti diameter biparietal (DBP) atau lingkaran perut (LP) janin (r =
0,8).
Pemeriksaan dengan ultrasound real-time akan
bisa membedakan hambatan pertumbuhan intrauterin asimetri dengan
hambatan pertumbuhan intrauterin simetri, selain dari itu dapat pula
mengukur berat janin, gangguan pertumbuhan kepala (otak), kelainan
kongenital dan olighidramnion. Jika usia kehamilan dapat diketahui
dengan pasti, maka beberapa antropometri janin seperti DBP, lingkaran
kepala (LK), panjang femur, dan LP akan dapat memberikan kontribusi
menguatkan diagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin dan menetapkan
beratnya atau tingkat gangguan pertumbuhan. DBP kepala janin baik sekali
sebagai alat bantu menetapkan usia kehamilan dalam trimester kedua
karena kesalahannya relatif sangat kecil pada waktu ini, dan terdapat
korelasi yang dekat sekali antara DBP dengan usia kehamilan. Kehamilan
pengukuran 5mm hanya sesuai dengan beda 1minggu pertumbuhan saja.
Sayangnya, korelasi DBP dengan usia kehamilan makin berkurang pada usia
kehamilan yang lebih lanjut, semakin tua usia kehamilan semakin kurang
tepat usia kehamilan bila diukur pada DBP. Pada pasien yang terduga
mengalami hambatan pertumbuhan intrauterin, pengukuran kepala janin
harus telah dimulai pada usia kehamilan 16 sampai 20 minggu. Karena
standar error pengukuran DBP sekitar 2 mm dan pertumbuhan DBP sekitar
1,5 mm per minggu dalam trimester terakhir, maka pengukuran DBP serial
dalam trimester ketiga tidak dapat memberi kontribusi yang cukup baik
untuk memantau hambatan pertumbuhan intrauterin, terlebih hambatan
pertumbuhan kepala relatif baru terjadi belakangan sekali (karena fenomena brain sparing effect) pada sindroma insufisiensi plasenta.
Untuk
maksud mendiagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin lebih baik
dipergunakan perbandingan ukuran (ratio) antara LK dengan LP yang
sekaligus dapat membedakan hambatan pertumbuhan intrauterin simetris dan
asmetris. Ratio LK/LP bertambah kecil semakin tua umur kehamilan. Pada
usia kehamilan sampai dengan 32 minggu LK > LP, pada usia kehamilan
antara 32 minggu sampai 36 minggu ukuran keduanya lebih kurang sebanding
(LK = LP), dan setelah kehamilan berusia 36 minggu keatas LK < LP.
Jadi pada hambatan pertumbuhan intrauterin asimetri terdapat ratio LK/LP
lebih besar daripada yang seharusnya menurut usia kehamilan.
Bila
diagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin telah ditegakkan, maka
pengukuran DBP akan menolong memonitor pertumbuhan otak janin dan
mencegah disfungsi susunan saraf pusat yang terjadi bilamana pertumbuhan
DBF tidak bertambah lagi.
3) Penilaian volume cairan ketuban
Pada
hambatan pertumbuhan intrauterin terutama pada kehamilan yang berlatar
belakang hipertensi sering disertai oligohidramnion. Oligohidramnion
bisa berakibat tali pusat terjepit dan kematian janin dapat terjadi
dengan tiba-tiba.
Oleh sebab itu penilaian volume cairan ketuban perlu dipantau dari minggu ke
minggu
dengan pesawat ultrasonografi. Penilaian volume cairan ketuban dengan
ultrasonografi bisa dengan cara mengukur kedalaman cairan ketuban yang
paling panjang pada satu bidang vertikal atau bisa juga dengan cara
menghitung indeks cairan ketuban. Pada cara pertama, jika kedalaman
cairan ketuban yang terpanjang kurang dari pada 2 cm, adalah merupakan
tanda telah ada oligohidramnion dan janin yang sedang mengalami
kegawatan, kehamilan perlu segera diterminasi. Sebaliknya jika panjang
kolom dari cairan ketuban berukuran > 8 cm merupakan tanda telah ada
polihidramnion. Pada cara kedua, uterus dibagi dalam 4 kuadran melalui
bidang sagital dan vertikal yang dibuat keduanya melalui pusat. Kolom
cairan ketuban yang terpanjang dari tiap kuadran dijumlahkan. Bila
penjumlahan panjang kolom cairan ketuban itu < 5 cm, merupakan tanda
telah ada oligohidramnion. Bila panjangnya berjumlah antara 18 sampai 20
cm merupakan tanda telah ada polihidramnion.
4) Pemeriksaan Doppler Velosimetri
Pemeriksaan
Doppler velosimetri arteria umbilikalis bisa mengenal adanya
pengurangan aliran darah dalam tali pusat akibat resistensi vaskuler
dari plasenta. Ditandai dengan tidak ada atau berbaliknya aliran akhir
diastolik yang menunjukkan tahanan yang tinggi. Pada kelompok dengan
rasio S/D (systolic and diastolic ratio) yang tinggi > 3
terdapat angka kesakitan dan kematian perinatal yang tinggi dan
karenanya dianggap adalah indikasi untuk terminasi kehamilan.
5) Pemantauan kegiatan kerja jantung janin
Bila
hambatan pertumbuhan intrauterin itu berlatar belakang kekurangan gizi
disebabkan kurang makan atau hambatan pertumbuhan intrauterin itu karena
ibu merokok jarang sekali bisa menyebabkan kematian janin. Untuk maksud
ini dilakukan pemeriksaan contraction stress test (CST) atau uji
beban kontraksi setiap minggu dengan menginfus oksitosin atau
merangsang puting susu ibu untuk membangkitkan kontraksi pada uterus.
Pemeriksaan non-stress test (NST) atau uji tanpa beban dua kali
seminggu dikatakan lebih baik lagi untuk memantau kesehatan janin
terlebih bila bersama dengan pemeriksaan profil atau tampilan biofisik
janin yang dilakukan setiap minggu.
6) Uji Biokimiawi
Pemeriksaan
ini tak lain adalah pemeriksaan fungsi plasenta yang terutama
bermanfaat untuk mengetahui kesehatan janin pada keadaan maternal yang
patologik yang telah disertai oleh insufisiensi fungsi plasenta dimana
produksi bahan-bahan tersebut oleh plasenta semuanya semakin berkurang.
Pemeriksaan
kadar AFP (alfa-feto protein) serum ibu dalam kehamilan berusia sekitar
16 minggu memperlihatkan bahwa nilai tinggi sampai lebih dari pada dua
kali lipat nilai rata-rata sering kali akan disertai oleh kelahiran
preterm atau kemudian berkembang menjadi hambatan pertumbuhan
intrauterin. Ini misalnya terjadi pada kasus dengan solusio plasenta
dini (± pada kehamilan 16 minggu) yang menyebabkan perembesan AFP janin
kedalam darah maternal sehingga kadarnya dalam darah ibu menjadi tinggi.
Kerusakan plasenta kemudiannya dapat menyebabkan hambatan pada
pertumbuhannya yang pada ujungnya berakibat kepada pertumbuhan janin.
7) Penambahan berat badan ibu
Penambahan
berat badan ibu juga dapat menentukan ukuran dari bayi. Wanita yang
bertubuh kecil biasanya mempunyai bayi yang lebih kecil. Diagnosis
tersebut diatas disesuaikan berdasarkan tingkat pengetahuan, skill dan
peralatan yang dimiliki baik para bidan, dokter umum, dokter spesialis
obgin atau konsultan fetomaternal.
8. DAMPAK BAYI DENGAN IUGR
Dampaknya
|
Keterangan
|
Aspirasi mekonium
|
· Gangguan pernapasan saat pertama
· Gasping atau megap-megap
· Memerlukan isapan lender, mekonium yang bersih oleh tenaga terlatih dalam resusitasi bayi
· Memerlukan kesiapan obat dan tenaga khusus
· Bayi memerlukan intensive care unit
|
hipoglikemia
|
· Cadangan glukosa pada hati rendah sehingga ada kemungkinan sudah habis saat dipergunakan dalam proses persalinan
· Hipoglikemia dapat merusak susunan saraf pusat
· Perlu
dipantau secara serial dan segera menambah glukosa sehingga dapat
menghindari keadaan asidosis dan menyelamatkan organ sentral lainnya
· Asidosi yang terjadi adalah asidosi metabolik
|
Hipokalsemia
|
· Gangguan kelenjar hipotiroid
· Dapat menambah beratnya asidosis sehingga terjadi kerusakan berantai yang akhirnya dapat terjadi henti jantung bayi
|
Polisitemia
|
· Sebagai kompensasi rendahnya PO2 sehingga lebih mampu memenuhi kebutuhan O2 jaringan
|
Tingginya viskositas darah
|
· Terjadi keterlambatan aliran darah kapiler, menimbulkan thrombosis yang berakibat :
Ø Nekrosis organ hati
Ø Infark organ atau bagiannya
Ø Perdarahan local
· Terjadi gangguan fungsi organ terkait
|
Hiponatremia
|
· Menunjukan gangguan fungsi ginjal
· Pengeluaran hormone antidiuretik rendah sehingga produksi urin kecil
|
Hipotermia
|
· Cadangan
lemak bayi IUGR rendah, khususnya lemak coklat, yang akan segera
dimetabolisme untuk menimbulkan energi dan mengimbangi hilangnya panas
bdan
· Bayi dengan IUGR tidak tahan kehilangan panas badan dan perlu segera masuk inkubator
|
Respiration distress syndrome
|
· Pembentukan
surfaktan paru bayi dengan IUGR tidak terlalu berhasil sehingga dapat
menimbulkan gangguan dilatasi alveolus paru saat pernapasan pertama
· Oleh karena itu, resusitasi sangan menentukan keberhasilan perkembangan paru
· Persalinan bayi dengan IUGR sangat perlu ditunggu oleh dokter anak/anastesia.
|
9. KEMATIAN JANIN DAN BAYI DENGAN IUGR
Penyebab kematian janin dan bayi IUGR cukup tinggi adalah :
1. Janin intrauteri
a. Asfiksia berat karena :
· Aspirasi amnion dan mekonium
· Gangguan metabolisme asidosi berat sehingga mengganggu aktivitas otot jantung dan terjadi henti jantung
· Mungkin terjadi deformitas dan kelainan congenital yang fatal sehingga tidak mungkin hidup:
b. Pertolongan persalinan tidak adekuat sehingga dapat meninggal saat persalinan akibat :
· Trauma persalinan
· Asfiksia berat inpartu
· Jepitan pada tali pusat yang ketat sehingga menambah asfiksia sampai meninggal
2. Kematian bayi dengan IUGR
a. Hiptermia yang tidak dapat diatasi
b. Hipoglikemia yang terlambat mendapatkan pertolongan
c. Perdarahan :
· Susunan saraf pusat
Ø Perdarahan inta dan periventrikuler
Ø Perdarahan pada pusat vital janin di medula oblongata
d. Kegagalan fungsi organ vital yang tidak dapat diatasi akibat kehamilan dengan IUGR
e. Kelainan congenital yang multiple
10. PENGELOLAAN
langkah pengelolaan untuk PJT adalah sebagai berikut.
langkah pengelolaan untuk PJT adalah sebagai berikut.
1. Penilaian antepartum
a. IUGR dikonfirmasi oleh USG menentukan etiologinya
b.bila penyebab diketahui tidak akan mengubah fetal outcome secara besar
c.karyotype fetus hendaknya ditentukan bila ditemukan ada anomali struktur.
d.satu diantara 10 fetus IUGR dengan anomali mempunyai kromosom yang abnormal
e.seandainya amniosintesis dilakukan lakukan pemeriksaan untuk rubella atau CMV dengan kultur atau PCR .
2. penilaian fetus
a. fetus IUGR dilakukan pemeriksaan serial USG dan surveillance antenatal
b. Non Stress Test (NST) , profil bio fisik, velosimetri dippler, Contraction Stress Test (CST) pwnilaian cairan amnion.
c. absent atau hasil reversed end diastolic flow perinatalnya buruk.
3. persalinan
a. waktu yang optimal untuk persalinan tergantung pada keadaan ibu atau fetus
b. banyak kematian fetus in utero menjadi setelah 36 minggu persalinan dilakukan sebelum 36 minggu.
11. UPAYA – UPAYA PREVENTIF UNTUK MENURUNKAN KEJADIAN IUGR
1. Upaya umum
a. Meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat sehingga cukup nutrisi dalam bentuk empat sehat lima sempurna
b. Melakukan pengobatan penyakit yang menyertai ibu hamil sedini mungkin antara lain :
1) Hipertensi
2) Penyakit ginjal
3) Oenyakit hati
4) Kardiovaskuler
5) Diabetes militus
6) Panyakit paru/asma
c. Meningkatkan
penerimaan KB sehingga ibu hamil dalam keadaan sehat psikologi,
ekonomis dan fisik yang tepat, dengan memperhitungkan interval kehamilan
d. Berhenti hamil setelah mencapai umur 35 tahun sehingga kemungkinan penyakit diatas tidak berpengaruh
e. Saat hamil lebih banyak istirahat baring
Gagasan
umum upaya preventif karena besar kemungkinan penyebab utama IUGR/SGA
atau KMK adalah kombinasi antara kekurangan gizi dan penyakit dasar ibu
hamil (hipertensi, kardiovaskuler, arteriosklerosis, atau usia ibu hamil
relative tinggi)
2. Upaya khusus
Setelah diagnosis ditegakkan, ada kemungkinan akan terjadi IUGR , maka upaya yang dapat dilakukan adalah :
a. Tidur miring kekiri. Untuk meningkatkan kelancaran aliran darah menuju retro-plesenter sehingga dapat :
1) Meningkatkan aliran nutrisi , vitamin dan lainnya
2) Meningkatkan pertukaran O2 dan co2
3) Meningkatkan fungsi plasenta lainnya
b. Memberikan pengobatan ringan dengan :
1) Aspirin 150 mg/hari
2) Dipiridimol 225 mg/hari
3) Pemberian heparin, untuk mengurangi thrombosis
Cara kerja obat ini adalah :
1) Mengurangi kemungkinan agregasi trombosit sehingga menurunkan kemungkinan thrombosis kapiler dalam plasenta
2) Meningkatkan aliran darah plasenta sehingga lebih mampu memberikan nutrisi/yang lainnya serta pertukaran O2 dan CO2
3) Mengurangi suasana asidosis
4) Meningkatkan
perbandingan prostasiklin/trombokosan A2 sehingga terjadi vasodilatasi
yang ujungnya dapat meningkatkan aliran darah sirkulasi retroplasenter
Hasil yang dicapai dengan pengobatan ini adalah :
1) Dapat meningkatkan BB bayi
2) Memperpanjang usia kehamilan dan akhirnya dapat meningkatkan BB bayi.
12. PERTOLONGAN PERSALINAN JANIN DENGAN DUGAAN IUGR
Memperhatikan
kemungkinan apa yang terjadi pada kehamilan dengan IUGR maka
pertolongan persalinan seharusnya disertai persiapan. Monitoring yang
paling penting dalam pertolongan persalinan dalam bentuk spontan atau
induksi persalinan adalah :
1. Gangguan detak jantung janin yang sebagian besar menuju bentuk abnormal
2. Ketidakmampuan janin melakukan kompensasi terhadap tekanan kontraksi otot uterus sehingga akan menambah beratnya asfiksia
3. Keadaan IUGR sering berkaitan dengan oligohidarmnion sehingga kompresi tali pusat akan memberat gangguan detak jantung janin
4. Gangguan
detak jantung janin akan terganggu karena terjadinya infusiensi
plasenta sehingga kontraksi uterus akan menambah beratnya asfiksia
intrauteri
5. Evaluasi detik jantung janin secara terus menerus dengan kardiotokografi sangat menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Dengan
pertimbangan demikian, tindakan persalinan dengan Seksio Sesarea pada
IUGR semakin meningkat sehingga dapat mengurangi mortalitas/morbiditas.
Selain itu, kesiapan menghadapi kemungkinan asfiksia berat dengan apgar
skor rendah harus sudah diantisipisi oleh tenaga.
1. Spesialis anak/anesthesia
2. Peralatan yang lengkap
3. Siap untuk menjalani intensive unit care bayi karena bayi dengan IUGR tidak tahan kehilangan panas badan.
Kelanjutan bayi dengan IUGR adalah dampak jangka panjangnya karena berhubungan dengan gangguan sistem saraf pusat sehingga :
1. IQ mungkin rendah
2. Gangguan neurologis
3. Gangguan tumbuh kembang kepribadiannya
Penurunan
BB janin dengan IUGR persentil ke 3 sudah dapat menimbulkan gangguan
sekitar empat kali lebih besar pada IQ, Neurologis, dan kepribadiannya.
Akhirnya,
perawatan dan pemeliharaan bayi dengan IUGR akan memberatkan psikologis
dan sosiol ekonomi keluarga karena memerlukan biaya yang cukup besar.
Dengan demikian, upaya preventif untuk mengurangi kejadian IUGR dalam
keluarga lebih penting dan lebih murah.
13. PENATALAKSANAAN
Berhubung
berbagai komplikasi bisa terjadi pada fetus atau neonatus yang
menderita hambatan pertumbuhan intrauterin perlulah kehamilan/persalinan
berisiko tinggi untuk itu ditangani oleh satu tim perinatologi yang
berpengalaman di rumah sakit/pusat rujukan tertier. Penanganan kehamilan
berisiko tinggi yang demikian menghendaki dilakukannya beberapa prinsip
dasar berikut:
1) Deteksi dini (skrining)
Deteksi
dini kasus-kasus berisiko tinggi akan hambatan pertumbuhan intrauterin
perlu sekali dikerjakan karena akan memberi cukup waktu untuk
merencanakan dan melakukan sesuatu intervensi yang diperlukan atau
membuat rencana kerja sebelum terjadi kerusakan pada janin. Perlu
perhatian yang serius dan kalau perlu membuat sesuatu yang diperlukan
pada pasien hamil risiko tinggi seperti hipertensi, ibu perokok atau
peminat alkohol atau narkoba, keadaan gizi jelek karena malnutrisi, ibu
dengan penambahan berat badan yang minimal dalam kehamilan, pernah
melahirkan bayi dengan hambatan pertumbuhan intrauterine atau kelainan
kongenital, diabetes, anemia, dsb.
2) Menghilangkan faktor penyebab
Gizi
wanita hamil lebih bergantung kepada jumlah kalori yang masuk dari pada
komponen kalori itu sendiri. Wanita hamil perlu mengkonsumsi 300 kalori
lebih banyak dari pada yang dikonsumsinya sebelum hamil dengan
kandungan protein 1,5 gram/kg per hari. Dengan demikian penambahan berat
badan waktu dalam kehamilan pada keadaan normal bila dicapai 12 sampai
16 kg. Obat-obat yang mengandung vitamin ganda dan kaya akan zat besi
yang khusus untuk kehamilan walaupun tidak diperlukan setiap wanita
hamil perlu dipertimbangkan untuk diberi. Kurang gizi, merokok, alkohol,
dan penyalahgunaan obat-obatan dan sebagainya perlu dilenyapkan
terutama dalam masa hamil. Demikian juga dengan narkoba. Mereka yang
terlanjur kecanduan direhabilitir. Jika wanita hamil itu menderita
penyakit paru atau jantung kronik kepadanya perlu diberikan oksigen
sepanjang kehamilan. Wanita yang mengalami gangguan resorbsi pada
saluran pencernaan dan menyebabkan malnutrisi diberikan total parentral
therapy selama kehamilan. Penderita diabetes perlu diusahakan tetap
dalam keadaan euglikemia sepanjang masa kehamilan.
3) Meningkatkan aliran darah ke uterus
Pada
keadaan sistem vaskuler berdilatasi maksimal jumlah darah yang mengalir
kedalam uterus berbanding langsung dengan tekanan darah maternal.
Semua
pekerjaan fisik lebih-lebih yang berat akan mengurangi jumlah darah
yang mengalir ke dalam uterus akan lebih memberatkan keadaan janin yang
telah menderita hambatan pertumbuhan intrauterin. Oleh karena itu semua
pekerjaan fisik dilarang pada kehamilan dengan hambatan pertumbuhan
intrauterin. Untuk meningkatkan jumlah darah yang mengalir kedalam
uterus kepada wanita hamil dengan hambatan pertumbuhan intrauterin
dianjurkan beristirahat baring saja untuk sebagian terbesar waktunya
dalam 24 jam optimalnya rebah ke kiri. Cuti hamil perlu diberikan lebih
awal pada semua wanita hamil penderita hipertensi dan hambatan
pertumbuhan intrauterin. Kerja berat dihindari terutama pada ibu hamil
dengan hipertensi dimana sistem vaskulernya telah terganggu. Pemberian
antihipertensi pada wanita hamil dengan hipertensi akan lebih mengurangi
jumlah aliran darah ke plasenta, sebab itu tidak diberikan, kecuali
kalau keadaan ibu terancam, misalnya pada hipertensi yang berat.
4) Melakukan fetal surveillance antepartum
Sebelum
melaksanakan program fetal surveilllance yang intensif perlu
diperhatikan bahwa janin tidak dalam keadaan cacat kogenital misalnya
trisomi yang sering bersama dengan hambatan pertumbuhan intaruterin
simetris yang berat. Jika diduga ada keadaan yang demikian lebih dahulu
perlu dilakukan pemeriksaan kariotip janin untuk konfirmasi. Cairan
ketuban (diperoleh melalui amniosintesis) atau darah tali pusat
(diperoleh melalui kordosintesis) dapat dipakai untuk pemeriksaan
kariotip janin. Program surveillance antepartum sudah boleh dimulai pada
usia kehamilan 24 minggu bila diagnosis hambatan pertumbuhan
intrauterin telah ditegakkan. Sayangnya diagnosis biasanya baru
diketahui pada usia kehamilan yang jauh lebih tua. Beberapa uji
penilaian yang perlu dikerjakan sampai kehamilan diterminasi adalah uji
tanpa beban untuk memonitor reaktivitas jantung janin (2x seminggu),
pengurangan volume cairan ketuban dan hambatan pertumbuhan kepala dengan
memantau pertumbuhan DBF dengan ultrasonografi setiap minggu. Disamping
itu bila perlu dilakukan penilaian kesehatan janin melalui
pemeriksaan-pemeriksaan profil biofisik, Doppler velosimetri aliran
darah arteri umbilikalis, dan pemeriksaan gas darah janin.
5) Uji tanpa beban
Menurut
Hammacher (1968) fetus bisa dianggap sehat, terutama sekali bila
gerakan-gerakan refleks disertai oleh peningkatan yang jelas dari
amplitude osilasi dan frekuensi denyut jantung. Sekarang oleh mayoritas
penyelidikan disepakati bahwa hasil uji tanpa beban yang menghasilkan
akselerasi 15 beat per menit atau lebih yang berlangsung paling tidak
selama 15 detik sebanyak 2 kali atau lebih dalam tempo 20 menit
pengamatan dianggap normal atau disebut rekaman yang reaktif. Jika pada
uji tanpa beban yang dilakukan setiap minggu tidak terdapat rekaman yang
reaktif, maka langkah berikut adalah melakukan uji beban kontraksi.
6) Uji beban kontraksi
Uji
beban kontraksi dibuat untuk mendeteksi kekurangan suplai oksigen
uteroplasenta yang sampai ke fetus selama uterus berkontraksi. Menurut
Poseiro dkk bila kontraksi uterus menyebabkan kenaikan tekanan
intrauterin melebihi 30 mmHg, tekanan di dalam miometrium akan melebihi
tekanan di dalam arteri dan darah yang mengandung oksigen tidak lagi
bisa masuk ke dalam ruang intervillus.
Untuk
menimbulkan kontraksi uterus yang cukup kuat sehingga terjadi efek
tersebut diatas dan memenuhi syarat untuk uji beban kontraksi (Contraction Stress Test atau CST) dapat diperoleh dengan beberapa cara seperti :
a) Merangsang puting susu ibu (disebut Nipple Stimulation Test atau NST)
b) Memberi infus larutan encer oksitosin (disebut Oxytocin Challenge Test atau OCT)
c) Dalam
masa partus dimana telah ada his spontan. Pada OCT pasien diberi infus
larutan encer oksitosin (10 unit oksitosin dalam 1000 ml cairan
penghantar seperti larutan Ringer Laktat).
Dengan
demikian setiap 2 tetes larutan mengandung 1 mil oksitosin. Dimulai
dengan kecepatan 1 sampai 2 mU (2 sampai 4 tetes) per menit yang secara
bertahap tiap 15 menit dinaikkan sampai terdapat tiga his dalam 10
menit.
Bila
pada rekaman terdapat deselerasi lambat yang persisten berarti janin
dalam keadaan hipoksia akibat dari insufisiensi fungsi plasenta. Uji
beban kontraksi memakan waktu yang lama dan mempunyai pengaruh yang
memberatkan hipoksia pada janin. Kedua hal ini tidak terdapat pada uji
tanpa beban.
7) Terminasi kehamilan lebih awal
Berhubung
pemantauan janin dengan program, fetal surveillance .belum mencapai
tingkat kesempurnaan yang pasti dan sebagian bayi-bayi yang lahir rusak
kesehatannya atau meninggal akibat penderitaan intrauterin, maka
sebaiknya janin dengan hambatan pertumbuhan intrauterin dilahirkan lebih
awal dipusat pelayanan perinatal. Bila semua hasil pemeriksaan fetal
surveillance normal terminasi kehamilan yang optimal dilakukan pada usia
kehamilan 38 minggu. Jika serviks matang dilakukan induksi partus.
Sebaliknya bila hasil fetal surveillance menjadi abnormal dalam masa
pemantauan sebelum mencapai usia kehamilan 38 minggu, kematangan paru
janin perlu dipastikan dengan pemeriksaan rasio lesitin/sfingomielin air
ketuban. Bila ternyata paru-paru janin telah matang (rasio L/S= 2 atau
lebih) terminasi kehamilan dilakukan bila terdapat :
a) uji beban kontraksi positif
b) oligohidramnion
c) DBF tidak bertambah lagi yang berarti otak janin berisiko tinggi mengalami disfungsi.
Pada
umumnya hambatan pertumbuhan intrauterin pada janin yang masih dalam
usia preterm tidak ada suatu tindakan tertentu yang dapat memperbaiki
keadaan. Dalam penanganannya pertama perlu dipastikan bahwa janin tidak
mempunyai kelainan kongenital yang berat seperti trisomi dan sebagainya
untuk menghindari intervensi/bedah sesar yang tidak perlu. Bila kelainan
kongenital ini tidak ada, ibu hamil dengan hambatan pertumbuhan
intrauterin yang berat segera dirawat inap. Istirahat baring, berikan
makanan yang bernilai gizi tinggi, dan lakukan fetal surveillance.
Bagi
hambatan pertumbuhan intrauterin yang berlatar belakang kurang gizi
ibu, ibu perokok atau peminum atau peminat narkoba, penghentian
kebiasaan buruk ini dan perbaikan gizi disertai banyak istirahat baring
akan bisa memperbaiki pertumbuhan janin sekaligus sebagai upaya
mengurangi risiko lahir preterm.
Menurut
teori dan hasil suatu penelitian pemberian aspirin dosis rendah sejak
awal sebagai terapi anti trombosit akan mencegah pembentukan thrombosis
uteriplasenta, infark pada plasenta, maupun hambatan pertumbuhan
intrauterine idiopati pada wanita dengan riwayat hambatan pertumbuhan
intrauterin berat.
Pada
umumnya terminasi kehamilan pada fetus dengan hambatan pertumbuhan
intrauterin berat dan preterm adalah lebih menguntungkan dari pada
membiarkan kehamilan yang demikian berlangsung berlama-lama karena
biasanya fetus yang demikian sudah cukup matang untuk dapat hidup jika :
a) Persalinan dapat berlangsung cepat dan tidak berlama-lama dan membiarkan risiko gawat bertambah
b) Tersedia
monitoring yang ketat dalam masa persalinan untuk mencegah memburuknya
keadaan atau persalinan diselesaikan dengan bedah sesar
c) Perawatan intensif harus segera dimulai sejak neonatus lahir.
8) Monitoring intrapartum
Dalam
persalinan perlu dilakukan pemantauan terus menerus sebab fetus dengan
hambatan pertumbuhan intrauterin mudah menjadi hipoksia dalam masa ini.
Oligohidramnion bisa menyebabkan tali pusat terjepit sehingga rekaman
jantung janin menunjukkan deselerasi variabel. Keadaan ini diatasi
dengan memberi infus kedalam rongga amnion (amnioinfusion). Pemantauan
dilakukan dengan kardiotokografi kalau bisa dengan rekaman internal
pada mana elektroda dipasang pada kulit kepala janin setelah ketuban
pecah/dipecahkan dan kalau perlu diperiksa pH janin dengan pengambilan
sampel darah pada kulit kepala.
Bila
pH darah janin < 7,2 segera lakukan resusitasi intrauterin kemudian
disusul terminasi kehamilan dengan bedah sesar. Resusitasi intrauterin
dilakukan dengan cara ibu diberi infus (hidrasi maternal) merebahkan
dirinya kesamping kiri, bokong ditinggikan sehingga bagian terdepan
lebih tinggi, berikan oksigen kecepatan 6 I/menit, dan his dihilangkan
dengan memberi tokolitik misalnya terbutalin 0,25 mg subkutan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Intra
Uterin Growth Retardation (IUGR) memiliki berat fetus <10 presentil
untuk kehamilan tertentu-berat lahir <2 SD dari berat rata-rata untuk
umur kehamilan tertentu. Insiden dari IUGR adalah 3-7 % dari semua
persalinan, tergantung dari criteria diagnosis yang dipergunakan.
(Fadlun, 2011)
Pertumbuhan
janin terhambat ditentukan bila berta janin kurang dari 10 % dari berat
yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan
yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Dahulu
PJT disebut sebagai intrauterine growth retardation (IUGR), tetapi
istilah retardation kiranya tidak tepat. Tidak semua PJT adalah hipoksik
atau patologik karena ada 25-65 % yang berkaitan dengan konstitusi
etnik dan besar orangtua. (sarwono, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Fadlun, dkk. 2012.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta : Salemba Medika
Maryunani,Anik.2012.Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM
Yeyeh,Ai Rukiyah.2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info Media Obstetric, William. Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO.
Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar